Prihatin, Ganjar Minta Pegunungan Kendeng Ditanami Tanaman Keras Penahan Air – Liputan Online Indonesia

Bydian

14 Januari 2023
Prihatin, Ganjar Minta Pegunungan Kendeng Ditanami Tanaman Keras Penahan Air - Liputan Online Indonesia. Foto : dok. Pemprov Jateng

GROBOGAN, liputanbangsa.com – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo prihatin melihat kondisi kawasan Pegunungan Kendeng yang berada di Desa Sedayu, Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan. Keprihatinannya dikarenakan  persentase tanaman jagung lebih besar dibanding tanaman keras atau pepohonan.

Akibatnya, tidak ada penahan air di kawasan pegunungan sehingga berkontribusi pada bencana banjir di Grobogan.

“Nah ternyata di sini ada pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) bersama perhutani. Bagus, tapi kan ada syarat persentase. Syaratnya itu 50 persen harus tegakan, kalau saya lihat di belakang itu 99 persen tidak ada tegakan, semuanya ditanami jagung,” kata Ganjar saat mengecek kondisi Pegunungan Kendeng Utara di daerah Desa Sedayu, Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan, Jumat (13/11/2023).

Baca juga : Targetkan Perbaikan Tanggul Sungai Lusi, Ganjar : Masuk Prioritas Kementerian PUPR – Liputan Online Indonesia

Ganjar mengungkapkan, tanaman jagung itu bagus bagi masyarakat karena memberikan nilai tambah perekonomian. Namun perlu juga diperhatikan terkait kondisi lingkungan dan kebutuhan tanaman keras atau pepohonan sebagai penyangga atau penahan air.

Prihatin, Ganjar Minta Pegunungan Kendeng Ditanami Tanaman Keras Penahan Air – Liputan Online Indonesia. Foto : dok. Pemprov Jateng

Tanaman jagung memang bagus untuk masyarakat, lanjut Ganjar. Namun bila mayoritas ditanami jagung dan hujan deras karena cuaca ekstrem terjadi, maka berpotensi menyebabkan bencana, misalnya longsor.

“Karena apa? Karena tidak ada tanaman yang menahan,” ujarnya.

Melihat kondisi tersebut, Ganjar langsung meminta dilakukan evaluasi terkait pemanfaatan lahan di Pegunungan Kendeng Utara itu.

Berdasarkan keterangan dari pihak Perhutani selaku pemilik lahan, sebagian lahan di kawasan itu merupakan PHBM dan sebagian lagi perhutanan sosial dengan komoditas paling besar tanaman jagung.

“Sekarang kita evaluasi. Kalau masih seperti ini ya bahaya. Sekarang harus kita review, itu paling tidak butuh waktu sekitar 4-5 tahun hingga tanaman keras (pohon) itu betul-betul bisa menggigit (akarnya),” jelas Ganjar didampingi Bupati Grobogan Sri Sumarni.

Setelah ada evaluasi, Ganjar meminta agar pengelolaan kawasan itu lebih diperhatikan lagi. Berapa persentase tegakan dan bawah tegakan yang diharuskan, serta berapa persentase yang dikelola.

“Bukan kemudian mengelola seluruh lahannya, terus digunduli gini,” katanya. (dian/lbi)

Bydian

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *