Siapa Yos Suprapto? Seniman Yogyakarta yang Tuai Kontroversi – Liputan Online Indonesia

liputanbangsa.comLima dari 30 lukisan Yos Suprapto diminta buat diturunkan dalam pameran tunggal ‘Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan’ di Galeri Nasional Indonesia.

Dua diantaranya ditutup kain hitam, dan tiga lainnya masih bersikukuh dipertahankan.

Tapi ironisnya, pameran tunggal seniman asal Yogyakarta ditunda sampai waktu yang belum ditentukan.

Siapa sih Yos Suprapto dan sepak terjangnya di dunia seni?

Berikut 3 fakta Yos Suprapto seperti dirangkum LiputanBangsa.com.

1. Aktif Sejak 1970-an

Perupa senior yang tinggal di Yogyakarta ini sudah aktif berkarya sejak dekade 1970-an. Ketika pertama kali menggelar pameran tunggal bertajuk Bersatu dengan Alam di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, pada 1994, karya-karyanya mulai dapat sorotan.

2. Ciri Khas

Lukisan-lukisan yang dibuat Yos Suprapto berhasil memainkan garis dsan warna jadi ciri khas yang sangat provokatif. Ada warna hitam, merah, nuansa biru, aneka hijau, cokelat, kuning, ungu, jingga, dan putih.

Warna-warna tersebut ditampilkan dengan daya visual yang kuat dan keras sifatnya, bersanding satu sama lain yang tampil sebagai komposisi yang tidak halus atau lembut, seperti ada ketegangan.

3. Kritik Isu Sosial

Dalam setiap karya seni yang dibuatnya, Yos Suprapto kerap mengkritik isu sosial, budaya, dan politik yang ada. Pada 2001, ia menggelar pameran tunggal bertema “Barbarisme: Perjalanan Anak Bangsa” di Galeri Nasional Indonesia yang melontarkan kritik atas budaya kekerasan dalam realitas kebangsaan kontemporer.

Pada 2005, ia kembali mengangkat isu sosial dan kritik atas korupsi di lingkungan elit birokrasi, melalui pameran tunggal bertajuk “Republik Udang” di Tembi Gallery, Yogyakarta.

Pada 2017, Yos mengangkat evaluasi mendalam perjalanan budaya bangsa, terutama budaya maritim, yakni “Arus Balik Cakrawala” yang dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia.

(ar/lb)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *