Tercatat, 149 Bencana Terjadi Sepanjang 2022 di Jawa Tengah – Liputan Online Indonesia

Bydian

5 Januari 2023
Tercatat, 149 Bencana Terjadi Sepanjang 2022 di Jawa Tengah - Liputan Online Indonesia (foto : liputan6.com/Tito Isna Utama)

SEMARANG, liputanbangsa.com – Sepanjang Desember 2022, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mencatat ada 149 kejadian bencana di Jateng. Bencana yang terjadi didominasi oleh  tanah longsor dengan total 54 kejadian.

Intensitas hujan yang lebat pada akhir tahun 2022 juga menimbulkan banjir. Meski sudah ada yang surut, hingga kini ada beberapa daerah di Jateng yang masih terendam banjir.

Seperti yang terjadi di Kota Semarang, Kota Pekalongan, Kudus, Demak, Pati, dan beberapa wilayah lain. Sementara tiga hari pertama tahun 2023 ada satu bencana yakni angin kencang di Kabupaten Kudus yang menyebabkan kerusakan jaringan listrik.

“Demak itu ya Sayung, Semarang ya sekitar pemukiman, walaupun sudah mulai surut. Kami mendukung dan men-support pelayanan darurat yang utama, apakah makan cukup dan sarpras pembantu,” jelas Kepala BPBD Jateng Bergas Catursari, Rabu (4/1/2023).

Berdasarkan data, dari 149 bencana terdiri atas angin kencang, banjir, kebakaran, gelombang pasang atau abrasi, tanah longsor, dan tanah gerak. Yang terbanyak adalah tanah longsor dengan total 54 kejadian, dan paling sedikit tanah gerak sebanyak 1 kejadian. Pihaknya mengaku bekerjasama dengan pemerintah daerah dan dinas terkait dalam penanganannya.

“Itu (kejadian bencana) urusan bareng-bareng. Misal kita bicara tanggul sungai itu kan kewenangan BBWS. Kemudian melalui BBWS, diharapkan membantu pihak provinsi,” imbuhnya.

Bergas mengaku saling berkoordinasi dengan pemda setempat. ketika pemerintah daerah kesulitan dalam penanganan bencana akan berkoordinasi dengan BPBD Jateng. Seperti pada penanganan pengungsian, logistik permakanan, ataupun alat yang sekiranya diperlukan.

“Kalau kabupaten/kota kesulitan, tentunya komunikasi dengan kami,” ujarnya.

Bergas mengaku, modifikasi cuaca juga dilakukan dalam penanganan cuaca esktrem, dengan cara menurunkan hujan di lautan, bukan di daratan. Pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat untuk terus waspada dan mengenali lingkungan masing-masing. Terutama di daerah yang menjadi langganan banjir ataupun tanah longsor.

“Tidak sebatas bertopang diri ke pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten. Tapi perlu dilakukan ketangguhan-ketangguhan masyarakat agar bisa mengelola cuaca ekstrem yang dirasa cukup membahayakan. Setelah dipetakan dikasih treatment-nya, supaya layanan informasi kedaruratan lebih baik,” tandasnya. (dian/lbi)

Bydian

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *