Ternyata Dulu Museum Mandala Bhakti Semarang Berfungsi Sebagai Gedung Ini – Liputan Online Indonesia

SEMARANG, liputanbangsa.comDi tengah hiruk-pikuk kota Semarang, terdapat sebuah bangunan gedung tua nan megah yang menjadi salah satu saksi bisu perjalanan sejarah.

Gedung Museum Mandala Bhakti, yang kini dikenal sebagai tempat yang memajang beragam artefak berharga, ternyata memiliki latar belakang yang menarik.

Bangunan ini bukan sembarang gedung, melainkan memiliki jejak sejarah sebagai Gedung Pengadilan Tinggi di era penjajahan Belanda.

Dahulu, pada masa kolonial Belanda, bangunan ini dikenal sebagai Raad van Justitie,

sebuah gedung pengadilan tinggi yang menjunjung tinggi keadilan di wilayah Semarang.

Terletak strategis di dekat Tugu Muda, tempat bersejarah yang menjadi simbol perlawanan, gedung pengadilan ini merupakan cagar budaya yang menyimpan banyak cerita.

Dirancang oleh arsitek Belanda terkemuka, Ir. E Kuhr van Ooiman, pembangunan gedung pengadilan ini dimulai pada tahun 1929.

Proyek megah ini menghabiskan dana sebesar Rp 215 ribu gulden pada waktu itu, sebuah jumlah yang fantastis di zamannya.

Setelah setahun penuh, pada tahun 1930, gedung pengadilan ini akhirnya rampung, menjadi monumen keadilan yang megah di tengah Semarang.

Namun, seiring berjalannya waktu dan perubahan peta politik, fungsi bangunan ini berubah.

Setelah Indonesia merdeka, gedung pengadilan ini tidak lagi hanya menjadi tempat peradilan, melainkan juga menyimpan sejarah baru.

Antara tahun 1950 hingga 1985, gedung ini menjadi markas Kodam VII Diponegoro, menjadi saksi bisu bagi perjalanan militer Indonesia.

Pada tanggal 1 Maret 1985, melalui kebijakan yang bijak, gedung pengadilan tinggi ini kembali berubah fungsi.

Kali ini, menjadi Museum Mandala Bhakti Semarang.

Pangdam Diponegoro, Mayjen Soegiarto, meresmikannya sebagai tempat yang mengabadikan sejarah dan budaya bangsa.

Pada tanggal 1 Maret 1985, beralih fungsi lagi menjadi Museum Mandala Bhakti Semarang hingga kini dan diresmikan oleh Pangdam Diponegoro, Mayjen Soegiarto.

Sedangkan markas Kodam Diponegoro pindah ke Watu Gong Semarang.

Dengan penuh kebanggaan, gedung yang pernah menjadi saksi peradilan dan perjuangan kini menjadi tempat yang menginspirasi dan mengedukasi generasi masa kini.

Markas Kodam Diponegoro mungkin telah pindah ke lokasi lain,

tapi Museum Mandala Bhakti tetap berdiri teguh, menjadi penjaga memori masa lalu yang tak boleh dilupakan.

Sebuah simbol kebanggaan bagi kota Semarang, tempat di mana jejak sejarah dan keadilan tetap hidup dalam bentuk yang megah dan menginspirasi.

 

(ar/lb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *