SRAGEN, liputanbangsa.com – Sempat dikenal dengan buah semangkanya, Masaran kini lebih dikenal sebagai desa wisata batik.
Masaran merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Sragen yang menjadi sentra produksi batik berskala ekspor.
Wilayah ini juga sekaligus menjadi destinasi wisata bagi para wisatawan yang ingin belajar tentang batik.
Dua desa di Sragen yang bisa menjadi destinasi adalah Desa Pilang dan Kliwonan.
Saat sampai di lokasi, wisatawan akan disambut aneka batik di segala sudut.
Pengunjung dapat secara personal mengenal batik maupun aktivitas distribusi batik ke beberapa pengusaha yang sudah menjadi partner produsen batik dari berbagai daerah.
Adapun ciri khas batik Masaran Sragen adalah motif hewan dan tumbuhan yang dituangkan dalam filosofi blaka suta.
Karakter tersebut memiliki makna yang setara dengan sikap terbuka dan apa adanya.
Mengutip dari visitjawatengah.jatengprov.go.id, hampir semua kepala keluarga di Desa Pilang mempunyai pabrik.
Bahkan, selama beberapa tahun terakhir, Desa Jati juga mulai menunjukkan eksistensinya dalam membatik.
Menariknya, wisatawan dapat mempelajari semua proses pembuatan batik, mulai dari batik tulis, batik cabut atau semi tulis, sampai batik cap.
1. Batik Tulis
Batik tulis dibuat secara manual dengan alat bantu canting untuk nyerat malam pada corak kain. Pembuatan batik tulis membutuhkan kesabaran dan ketelatenan yang tinggi.
Batik tulis cenderung lebih mahal karena kerumitan proses pembuatannya. Kesenian batik tulis paling banyak dijumpai di klaster batik Kliwonan.
2. Batik cabut atau semi tulis
Batik cabut atau semu tulis adalah jenis batik yang dihasilkan dengan cara kombinasi. Batik ini diproses dengan cara print dan menghias kain dengan corak batik menggunakan tangan.
3. Batik Cap
Sesuai namanya, batik cap dibuat dengan menggunakan cap atau stempel motif batik yang terbuat dari tembaga. Cap yang menyerupai setrika digunakan untuk menggantikan fungsi canting, sehingga mempersingkat waktu pembuatan.
(ar/lb)