[ad_1]
KOTA, liputanbangsa.com – Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk dan Kelurga Berencana (DP3AP2KB) Kota Yogyakarta terus melakukan langkah dalam upaya penurunan angka stunting pada balita dan baduta. Sehingga terwujud kota Yogyakarta menjadi Zero Stunting pada Tahun 2024.
Kepala Dinas DP3AP2KB Edy Muhammad mengatakan, untuk angka stunting pada tahun 2020 ada di 14 persen dengan 1.708 balita dan 2021 dengan jumlah 1.433 balita atau 12,88 persen. Sedangkan pada Agustus 2022 sejumlah 1.221 balita dengan presentasi 10,8 persen. Penurunan angka ini tidak lepas dari keaktifan tim penurunan stunting serta tim pendamping keluarga yg merupakan gabungan dari petugas PKK, KB serta bidan.
“Berbagai upaya kebijakan kita lakukan untuk menuju 2024 mewujudkan Zero stunting. Maka pencermatan by name pada bilik stunting kita lakukan,” ujar Edy saat diwawancarai liputanbangsa.com, selasa (13/14).
Ia menambahkan, menurutnya stunting bukanlah sebuah penyakit, namun pertumbuhan yang relatif kecil dan lambat pada bayi dibawah usia dua tahun. Sehingga dalam usia nol hingga enam bulan usia bayi harus mendapatkan asi secara eksklusif. Karena hal itu sangat berpengaruh pada perkembangan otak anak. Dimana perkembangannya secara maksimal terjadi pada 6 bulan pertama usia anak.
Selain itu, ia menambahkan bahwa selama 2 tahun awal usia anak harus terpenuhi gizinya. Sehingga dilakukan interfensi baik untuk pemberian makanan tambahan, edukasi penyadaran kepada orang tua terhadap pola asuh dan pemberian gizinya maupun lingkungan keluarganya.
“Adapun upaya lain yang dilakukan yakni melalui gerakan masyarakat yang diinisiasi oleh tim pengerak PKK dengan dapur balita sehat, dan Alhamdululah sudah terbentuk di 155 lokasi dapur balita sehat se-kota Yogyakarta,” tuturnya.
Dapur balita sehat itu merupakan swadaya masyarakat yang dilakukakan oleh pengerak PKK pada saat pandemi. Dimana kegiatan pasyandu terhenti saat itu, sementara balita masih butuh pemantauan. Dengan pendekatan relawan sehat, yaitu untuk menyiapkan makanan tambahan kepada anak yang mempunyai potensi stunting dengan kesepakatan warga melalui sistem “luwihi mbagihi”. Yaitu yang berkelebihan memberikan kepada yang masih kurang dengan pemberitahuan satu minggu sebelum pelaksanaannya.
Selain pada baduta dan balita, pihaknya juga mengupayakan pencegahannya supaya tidak muncul anak yang stunting. Yaitu dengan melakukan sosialisasi dan pendampingan kepada orang yang akan menikah serta ibu hamil. Terutama bagi mereka yang kekurangan energi kronis maupun yang memiliki resiko tinggi punya penyakit yang memiliki potensi terjadi stunting.
Pengantin ini sesuai dengan BKKBN harus mengisi asimil dan ada assesmen apakah calon pengantin ini sehat atau tidak. Jika ada indikasi, maka akan dilakukan pendampingan kepada calon pengantin sehingga menjadi pengantin yang sehat.
“Seperti yang disampaikan Penjabat Walikota, peran masyarakat sangat besar dalam penurunan stunting termasuk juga dari Gabungan Organisasi Wanita (GOW). Sehingga diharapkan semua pihak memiliki kepedulian dalam membantu suksesnya kebijakan pemerintah pusat dalam program penurunan stunting,” jelasnya.(cr4/bid)
[ad_2]
Beranda