liputanbangsa.com – Apakah kamu pernah mendengar tentang orang yang mengonsumsi daging kucing?
Kedengarannya aneh dan mengerikan, bukan?
Selain melanggar norma sosial, ternyata ada banyak risiko kesehatan serius yang mengintai di balik konsumsi daging kucing.
Yuk, simak lebih lanjut!
Cerita Pemilik Kos Konsumsi Daging Kucing
Viral Perilaku seorang pemilik kos di Kelurahan Sekaran, Kecamatan Gunungpati, Semarang, ini dianggap tidak lazim.
Secara tak sengaja anak kosnya mendapati si bapak kos ini sedang mengkonsumsi kucing.’
Nur sang pemilik kos menganggap daging kucing bisa menurunkan kadar gula atau diabetes yang dideritanya.
Kapolsek Gunungpati Kompol Agung Raharjo menyampaikan, pelaku bernama Nur seorang pemilik kos ini ternyata tidak hanya sekali mengkonsumsi daging kucing.
“Sekitar 10 kali dalam setahun katanya habis makan daging kucing badannya enak karena untuk menurunkan kadar gula katanya,” ujar Kapolsek, Rabu 7 Agustus 2024.
Berikut ini Bahaya Konsumsi Daging Kucing.
1. Penyakit Zoonosis: Ancaman Nyata dari Daging Kucing
Kucing bisa menjadi pembawa penyakit zoonosis seperti toksoplasmosis dan rabies, yang dapat menular ke manusia melalui daging yang terkontaminasi.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), toksoplasmosis bisa menyebabkan komplikasi serius.
Terutama bagi orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Jadi, makan daging kucing bisa berisiko besar bagi kesehatanmu!
2. Kontaminasi Parasit dan Bakteri: Bahaya yang Tak Terlihat
Daging kucing yang tidak dimasak dengan baik bisa mengandung parasit seperti Toxoplasma gondii dan bakteri seperti Salmonella dan E. coli.
Infeksi dari parasit dan bakteri ini bisa menyebabkan gangguan pencernaan dan penyakit serius lainnya.
World Health Organization (WHO) mencatat bahwa Salmonella dan E. coli adalah patogen umum yang bisa ditemukan pada daging yang tidak dimasak dengan sempurna.
3. Etika dan Moralitas: Bukan Hanya Soal Kesehatan
Di banyak budaya, kucing dianggap sebagai hewan peliharaan dan teman hidup manusia.
Mengonsumsi daging kucing dianggap tidak etis dan bertentangan dengan norma sosial.
American Society for the Prevention of Cruelty to Animals (ASPCA) menekankan pentingnya menghormati hewan peliharaan kita.
4. Kurangnya Regulasi: Bahaya yang Tidak Terkendali
Tidak seperti daging sapi atau ayam, daging kucing tidak diatur oleh otoritas kesehatan.
Ini berarti daging kucing tidak melalui proses inspeksi dan sanitasi yang memadai, meningkatkan risiko kontaminasi dan masalah kesehatan.
Food and Agriculture Organization (FAO) menjelaskan pentingnya regulasi dan inspeksi untuk memastikan keamanan daging yang kita konsumsi.
5. Residu Obat dan Bahan Kimia: Ancaman Tersembunyi
Kucing yang dijual untuk konsumsi mungkin telah diberi obat-obatan atau bahan kimia yang tidak aman untuk manusia.
U.S. Food and Drug Administration (FDA) memperingatkan bahwa residu obat dalam daging bisa membahayakan kesehatan kita.
6. Reaksi Alergi: Risiko yang Tidak Disangka
Beberapa orang mungkin mengalami reaksi alergi terhadap protein dalam daging kucing.
American College of Allergy, Asthma, and Immunology (ACAAI) menyebutkan bahwa reaksi alergi terhadap makanan bisa bervariasi dari ringan hingga parah.
Jangan Ambil Risiko
Mengonsumsi daging kucing bukan hanya berisiko bagi kesehatan, tetapi juga tidak etis dan melanggar norma sosial.
Mari jaga kesehatan kita dengan memilih makanan yang aman dan sesuai dengan regulasi kesehatan.
(ar/lb)