Hormati Nyepi, Tarawih Pertama di Lamongan Digelar Tanpa Pengeras Suara – Liputan Online Indonesia

Hormati Nyepi, Tarawih Pertama di Lamongan Digelar Tanpa Pengeras SuaraHormati Nyepi, Tarawih Pertama di Lamongan Digelar Tanpa Pengeras Suara. Foto: dok.ngopibareng.id

LAMONGAN, liputanbangsa.com – Tarawih pertama umat Muslim di Desa Balun, Kecamatan Turi, Lamongan terasa berbeda dari tahun sebelumnya. Yang spesial pada tahun ini adalah tarawih tidak dilakukan dengan pengeras suara karena bersamaan dengan Hari Raya Nyepi.

Salah seorang perangkat di Desa Balun, Rudi Yuda menegaskan bahwa ketika Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi seluruh masyarakat ikut mengedepankan toleransi dengan tidak sembarangan keluar rumah.

Tidak hanya itu, dia juga menyebutkan bahwa masjid tidak mengumandangkan qiraah yang biasanya diputar sebelum azan. Pengeras suara digunakan hanya ketika azan dikumandangkan.

“Saat salat tidak pakai qiraah sebelum azan. Hanya azan yang pakai speaker,” ujar Rudi.

Hal tersebut juga berlaku saat salat tarawih pertama Ramadhan yang digelar malam kemarin. Karena bersamaan dengan Hari Raya Nyepi, selama Salat Tarawih tidak akan ada suara dari towa yang berbunyi kecuali azan. Hanya memakai speaker dalam masjid saja.

“Takmir masjid sudah mengumumkan kalau nanti ada salat tarawih maka hanya azan yang memakai speaker atas, selain itu pakai speaker bawah atau speaker yang ada di dalam masjid,” imbuhnya.

Hal yang sama juga berlaku saat pelaksanaan tadarus Alquran yang biasanya digelar usai salat tarawih. Takmir masjid, tambah Rudi, tadarus dilakukan menggunakan speaker bawah atau speaker dalam masjid.

“Kalau untuk tadarus atau mengaji usai salat tarawih kita pakai speaker bawah atau speaker dalam masjid, kalau persiapan khusus memang tidak ada,” paparnya.

Sebelumnya, toleransi juga ditunjukkan dengan pawai ogoh-ogoh di Desa Balun, Kecamatan Turi, Lamongan yang berlangsung semarak didukung seluruh warga di desa yang dikenal dengan sebutan Desa Pancasila itu.

Tak ada persiapan khusus yang dilakukan oleh umat muslim di desa ini dalam menyambut Ramadhan yang berbarengan dengan pelaksanaan Catur Brata Penyepian yang dilakukan oleh umat Hindu di Desa Balun.

Semuanya berjalan seperti biasa. Masyarakat di desa ini hidup rukun berdampingan dengan keyakinan agama yang berbeda, yaitu Islam, Kristen dan Hindu.

pawai ogoh-ogoh di Desa Balun, Kecamatan Turi, Lamongan
Pawai Ogoh-Ogoh di Desa Balun, Kecamatan Turi, Lamongan. Foto: dok.travel.kompas.com

Rasa toleransi antar umat beragama di desa ini juga ditunjukkan ketika pawai ogoh-ogoh yang baru saja usai. Pawai ogoh-ogoh tidak hanya diikuti umat Hindu saja tapi umat beragama yang lain juga ikut memanggul ogoh-ogoh keliling desa.

“Kemarin pas pawai ogoh-ogoh itu ada 13 dimana 4 ogoh-ogoh dari umat Hindu sendiri sementara yang lain dari warga desa dan pemuda-pemuda sini,” ujarnya.

Tingginya rasa solidaritas antar umat beragama di desa ini juga diakui oleh pemangku agama Hindu Desa Balun, Tadi. Ia menyebut, pelaksanaan pawai Ogoh-ogoh yang merupakan salah satu rangkaian peringatan Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1945 di Desa Balun yang tidak hanya diikuti umat Hindu tapi juga ada partisipasi dan gotong-royong masyarakat yang beragama lain, baik Kristen dan Islam.

“Kalau umat Hindu sendiri membuat 4 Ogoh-ogoh, yang 9 itu dari kelompok masyarakat lain. Saya katakan kelompok masyarakat, karena disitu campuran, ada yang Kristen, ada yang Muslim, kelompok-kelompok seperti LA Mania, grup pesilat, grup kelompok warung-warung, itu banyak yang buat, itupun kami tidak mengajak ataupun memberikan biaya, mereka dengan swadaya sendiri. Itulah toleransi yang ada di desa Balun,” ucap Tadi.

Ragam bentuk ogoh-ogoh yang sudah dirangkai sejak Januari lalu itu diarak oleh masyarakat baik dari umat Hindu maupun lainnya mengitari Desa Balun sejauh kurang lebih 3 Km.

“Ini merupakan pawai ogoh-ogoh terbesar di Lamongan, jika dilihat dari antusiasme masyarakat dan jumlah ogoh-ogoh. Menariknya durasi pembuatan ogoh-ogoh ini cukup singkat karena dibantu oleh semua umat, tidak hanya umat Hindu saja,” pungkasnya.
(heru/lbi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *