SEMARANG, liputanbangsa.com – Normalisasi Kali Tenggang rencananya akan dimulai pada awal 2025 mendatang.
Proyek atau pekerjaan tersebut untuk mengatasi persoalan banjir di wilayah Pedurungan, Gayamsari, Semarang Utara dan Genuk.
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, normalisasi Kali Tenggang sudah harus dilakukan sebagaimana sungai-sungai yang lainnya.
“Pekerjaan rumah yang sudah bertahun-tahun adalah Kali Tenggang sempit. Harus dinormalisasi seperti sungai lainnya,” kata Ita sapaan akrab Hevearita.
Saat ini normalisasi Kali Tenggang sedang proses lelang. Diperkirakan tiga bulan hingga empat bulan ke depan sudah dimulai proyek tersebut.
“BBWS Pemali-Juana sedang melakukan proses lelang untuk normalisasi Kali Tenggang. Normalisasi direncanakan multiyears mulai 2025 dan 2026,” ujarnya.
Selain proyek itu, juga ada rencana proyek giant sea wall atau tanggul laut serta pembangunan kolam retensi seluas 250 hektar.
Pekerjaan ini akan menjadi solusi penanganan banjir di wilayah Semarang bagian utara dan dan timur.
Dia menilai, upaya intensif yang dilakukan Pemkot Semarang cukup efektif dalam mengantisipasi banjir.
Beberapa wilayah yang sebelumnya menjadi langganan genangan kini tak lagi terjadi banjir.
Wilayah tersebut antara lain Tlogosari yang salah satu upayanya dengan meninggikan jembatan Nogososro.
“Di jembatan ini diterapkan inovasi fast trash. Sampah-sampah akan terfilter sehingga tidak masuk ke jembatan,” imbuhnya.
Pembangunan jembatan Nogososro ini menjadi upaya penanganan banjir untuk wilayah Parang Sarpo, Tlogosari Wetan, Tlogosari Kulon, hingga Muktiharjo.
“Harapannya tentu tidak terjadi lagi limpasan atau banjir di wilayah tersebut. Dengan ditinggikannya jembatan, aliran air ke muara Sungai Tenggang akan lancar,” ungkapnya.
Selain Tlogosari, wilayah lain yang juga tidak lagi menjadi langganan genangan adalah kawasan Jalan Woltermonginsidi, Kecamatan Pedurungan.
Upaya Pemkot Semarang untuk melakukan peninggian PJM atau Penghubung Jalan Masuk efektif mencegah terjadinya genangan air yang kerap timbul saat intensitas hujan tinggi.
Demikian pula di wilayah Muktiharjo Kidul, yang kerap kali menjadi langganan genangan, kini tidak lagi terjadi.
Hal ini setelah adanya pemasangan saluran U-Ditch oleh Pemerintah Kota Semarang.
Langkah tersebut terbukti mampu meningkatkan kapasitas saluran air, dan mengurangi risiko limpasan air ke permukiman.
“Kami tidak hanya memperbaiki infrastruktur yang rusak tetapi juga membangun sistem yang lebih tahan terhadap intensitas hujan ekstrem,” kata Kepala Dinas PU, Soewarto.
(ar/lb)