SEMARANG, liputanbangsa.com – Ada yang berbeda dari Peringatan Hari Ibu Tingkat Jawa Tengah, yang berlangsung di Grhadhika Bhakti Praja, Jumat (16/12/2022). Dimana biasanya peringatan sarat seremoni, pada kali ini suasana terlihat lebih gayeng.
Diawali dengan dialog antara Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah, Atikoh Ganjar Pranowo dengan sejumlah ibu hamil yang dihadirkan khusus pada acara itu. Pembicaraan pun mengalir dengan hangat.
Seperti saat Atikoh menanyakan kondisi kehamilan Tika (26), yang sudah menginjak 38 minggu. Mengingat Tika sudah hampir melahirkan, Atikoh menitipkan pesan untuk suaminya, termasuk para suami yang hadir, agar menjadi bapak siaga. Mereka diminta siaga dalam mengantar istrinya memeriksakan kehamilannya, menyertai saat melahirkan, dan bersama-sama mendidik.

“Bapak-bapak juga harus bisa siaga, karena kehamilan tidak hanya tanggung jawab istri atau perempuan. Dalam pola asuh juga begitu, perempuan bisa mengganti popok, bapak-bapak juga bisa ngganti popok. Ibu bisa mandiin anak, bapak juga bisa mandiin anak,” ujarnya.
Lanjutnya, khadiran suami dinilai penting untuk keseimbangan, apalagi anak butuh panutan. Peran yang maskulinitas, humanis, akan saling menunjang.
Ia menjelaskan, laki-laki dituntut bisa terlibat baik domestik, maupun dari sisi lain, yang benar-benar mencerminkan kesetaraan gender. Dia menunjuk contoh dalam urusan rumah tangga, di mana jika perempuan bisa mencuci, laki-laki juga dapat melakukan hal yang sama. Artinya, laki-laki dan perempuan memiliki tanggung jawabnya yang sama.
“Kodratnya yang beda, wanita itu hamil, melahirkan, dan menyusui. Tetapi untuk kegiatan domestik yang lain, masing-masing memiliki peran,” jelasnya.
Dari sektor kebijakan publik, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sendiri telah memberikan peran bagi laki-laki dan perempuan, untuk sama-sama dapat menduduki jabatan strategis. Jadi, para perempuan diberi kesempatan yang sama agar bisa menduduki posisi strategis.
“Di sektor masyarakat juga seperti itu, bagaimana laki-laki bisa mendampingi korban KDRT. Saya sangat salut karena banyak laki-laki sekarang ini yang juga terlibat, bagaimana pencegahan KDRT, mereka menjadi bagian tim, melakukan pencegahan, edukasi, maupun pendampingan,” ungkapnya.
Dari sisi ekonomi, saat ini masih banyak permasalahan terkait penanganan kemiskinan, Atikoh meminta agar perempuan yang menjadi kepala keluarga, bisa diberi kesempatan untuk mengakses sisi ekonomi.
Sementara itu, hal yang sama juga disampaikan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang hadir secara virtual. Menurutnya, isu perempuan, anak, dan kesetaraan gender, mesti menjadi perhatian masyarakat.
Ganjar mengungkapkan, jika setiap peringatan Hari Ibu selalu membuatnya teringat dengan sosok ibunya, yang menjadi trigger bagaimana He for She dapat dilakukan. Sejak kecil, ibunya mengajarkannya untuk mencuci baju, mengepel, memasak, dan pekerjaan rumah lainnya. Dari pengasuhan itu pun membuat Ganjar tak lagi canggung melakukan pekerjaan rumah tangga, sampai statusnya kini yang telah menjabat sebagai gubernur.
“Saya sudah terbiasa melakukan pekerjaan itu. Tapi, ketika saya nyetrika, dan istri saya iseng-iseng merekam dan meng-upload ke medsos, ternyata reaksi masyarakat beragam,” ungkapnya.
Ganjar sendiri mendukung Gerakan Pria Peduli Perempuan dan Anak (Garpu Perak), yang dikukuhkannya pada saat itu. Melalui gerakan itu, Ia berharap para pria dapat merealisasikan He for She dalam aktivitas nyata. Dirinya menebarkan virus kebaikan itu melalui video pendek, foto, bahkan melalui aktivitas kesehariannya.
“Manfaatkan medsos untuk kampanyekan kebaikan. Kampanye laki-laki peduli anak itu penting. Saya senang, tadi pagi jalan-jalan di Purwokerto, ada yang menarik. Ada bapak-bapak jalan menggendong anak, ibunya di belakang,” tutur Ganjar.
Disamping itu, Ganjar kembali mengingatkan para perempuan untuk membantu mengatasi persoalan yang ada saat ini. Mulai dari stunting, masalah gizi kurang, penanganan kemiskinan, dan sebagainya.
Dalam kesempatan itu, Ketua TP PKK Jateng, Atikoh Ganjar Pranowo bersama empat pimpinan organisasi perempuan, yakni dari Badan Koordinasi Organisasi Wanita (BKOW) yang diwakili Zubaidah Haerudin, Ketua Dharma Wanita Persatuan Indah Sumarno, Pelaksana tugas (Plt) Ketua Bhayangkari Daerah Jawa Tengah, Titi Abioso, dan Dharma Pertiwi yang diwakili Novi Widi Prasetyono, menandatangani Komitmen ”Matur Penak” (Lima Pitutur Perempuan dan Anak).
Matur Penak tersebut merupakan turunan dari lima arahan Presiden untuk urusan Perempuan dan Anak, yaitu, satu, peningkatan pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan, dua, peningkatan peran ibu dalam pendidikan anak, tiga, penurunan kekerasan terhadap perempuan dan anak, empat, penurunan pekerja anak, dan lima, pencegahan perkawinan anak.
Dalam kesempatan itu, juga dilakukan parade, yang diikuti perwakilan organisasi perempuan di Jawa Tengah. Mereka tak hanya tampil dengan pakaian yang cantik, tapi juga menyampaikan berbagai pesan, seperti “Perempuan Berdaya, Anak Terlindungi, Indonesia Maju”, “Stop Diskriminasi terhadap Perempuan dan Anak”, dan sebagainya. (dian/lbi)