[ad_1]
SEJAK usia masih di bawah tiga tahun (Batita), Putri Setyawati menyukai wisata religi. Awalnya hanya karena ia kerap diajak orang tuanya ziarah ke makam Walisongo yang tersebar di berbagai daerah di Pulau Jawa.
“Awalnya diajak ke Makam Sunan Muria, Sunan Kudus, dan Sunan Kalijaga. Sejak itulah, ziarah menjadi sangat menyenangkan. Rasanya ingin diulang-ulang terus,” kata Putri, Selasa (13/12).
Alumni Biologi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini mengatakan, saat SMA dan kuliah, ia juga kerap berziarah dan mengikuti majelis-majelis zikir dan selawat bersama sahabat karibnya. Baik di waktu libur kuliah maupun disela-sela waktu kuliah.
“Sebelum bekerja, saya aktif di organisasi keagamaan di SMA dan kampus. Di situ, saya sering ikut kegiatan-kegiatan ziarah. Jadi lama-lama ziarah itu menjadi sebuah hobi bagi saya,” ujar gadis yang juga pernah menjadi asisten dosen di UNY.
Bagi Putri Ataitu, panggilan akrabnya, berziarah dan mengikuti majelis selawat bagaikan candu. Setiap berziarah, ia dapat merasakan kedamaian, ketenteraman, dan merasa segar kembali setelah seharian bekerja di laboratorium rumah sakit.
“Saat memasuki areal makam para Waliullah itu rasanya adem, beban pikiran sirna begitu saja. Serasa masalah dan beban hidup sementara hilang,” ucapnya.
Saat ini, di sela bekerja, ia selalu meluangkan waktunya untuk wisata religi, terutama saat libur kerja. “Seringnya sih, ke Makam Imogiri, Makam Syekh Maulana Maghribi, Komplek Makam Dongkelan, Petilasan Syekh Jumadil Kubro, Masjid Patok Negoro Ploso Kuning, dan lain-lain,” kata dia.
Terlebih ketika libur beberapa hari, tak malas dia berkunjung ke makam wali di Semarang. Seperti ke makam Mbah KH Sholeh Darat di Kompleks Pemakaman Bergota Semarang. Juga ke makam Mbah Depok (Habib Toha Bin Yahya) Jalan Depok, makam Syekh Keramat Jati (Habib Hasan Bin Yahya) di Jalan Duku Lamper Kidul, dan di makam Syekh Jumadil Kubro Terboyo Kulon. “Selain itu, makam KH Masroni di pondok pesantren SGJB Gunung Pati,” akunya.
Tak hanya ziarah kubur, ia juga kerap mengunjungi tempat-tempat bernuansa Islami. Seperti Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Masjid Kauman, dan Masjid Raya Baiturrahman.
Alasan Putri menyukai ziarah, selain mendapatkan ketenangan hati dan ketenteraman jiwa, juga sebagai pengingat bahwa semua orang yang hidup akan mati. “Dengan ziarah, kita bisa mengingat bahwa semua yang bernyawa akan mati, dan selain itu tabarukan artinya mengambil keberkahan dari Wali-walinya Allah,” tutur gadis yang pernah nyantri di Pondok Pesantren Wahid Hasyim Jogja ini. (cr5/lbi)
[ad_2]
Beranda