liputanbangsa.com – PT Kimia Farma Tbk mencatatkan kerugian sebesar Rp 1,82 triliun pada 2023. Direksi perusahaan pelat merah bidang farmasi ini pun membeberkan penyebabnya.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Lina Sari mengatakan kerugian pada tahun 2023 disebabkan adanya masalah operasional perusahaan.
Dia bilang efisiensi menjadi 5 pabrik dari total 10 pabrik yang beroperasi menjadi salah satu penyebab pembengkakan keuangan.
“Kalau kita bicara operasional terkait efisiensi pabrik tadi, di mana memang kapasitas terlalu besar sementara utilisasi rendah,” kata Lina dalam acara Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), Jakarta, Selasa (25/6/2024).
Kemudian, komposisi pada 2023 didominasi produk bermargin rendah. Untuk itu, pihaknya akan meningkatkan persediaan produk-produk yang bermargin tinggi. Dengan begitu, dapat meningkatkan cost.
Penyebab lainnya, lanjut Lina, adanya dugaan pelanggaran integritas penyediaan data laporan keuangan perusahaan tersebut pada periode 2021-2022.
Terkait hal tersebut, dia bilang belum dapat menjelaskan lebih detail karena masih dalam progress.
“Ke depannya seperti apa? Yg terjadi 2023 adalah kerugian belum pernah dirasakan. Artinya, tentunya kita belajar dari apa yang sudah di 2023 dan kita melakukan langkah perbaikan 2024,” jelas Lina.
Dia menyebut salah satu upayanya dengan melakukan reorientasi bisnis dan restrukturisasi keuangan dalam rangka menjaga kinerja perseroan tumbuh positif dan berkelanjutan.
Rencana transformasi perseroan tersebut dilakukan untuk penguatan operasional dan peningkatan profitabilitas dilakukan bersama-sama dengan Project Management Office (PMO) Restrukturisasi Keuangan dan Reorientasi Bisnis yang dibentuk Kementerian BUMN.
(ar/lb)