KENDAL, liputanbangsa.com – Makam Sunan Abinawa di Desa Pekuncen Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal menjadi daya tarik wisata religi.
Makam Sunan Abinawa sudah dibuatkan bangunan khusus dan dikelilingi ratusan makam lainnya.
Sunan Abinawa yang lahir sekitar tahun 1540 Masehi adalah salah satu wali penyebar agama Islam di Kabupaten Kendal.
Peninggalannya berupa masjid jami yang cukup besar beserta sumur dan gentong tempat air.
Khaul Sunan Abinawa yang digelar tiap Jumat Kliwon di bulan Syawal selalu ramai dikunjungi ribuan peziarah dari berbagai daerah.
Keramaian tradisi khaul sudah terlihat sepekan sebelumnya, yang puncaknya mulai malam Jumat Kliwon.
Makam Sunan Abinawa juga banyak dikunjungi peziarah tiap malam Jumat, terutama malam Jumat Kliwon.
Peziarah di Makam Sunan Abinawa pada umumnya dilakukan pada sore hari, sehingga tiap sore di hari-hari biasa pun cukup ramai.
Lokasi masjid menyatu dengan area makam yang berada di belakang, sedangkan lokasi sumur dan gentong berada di sisi selatan bagian belakang masjid.
Bangunan masjid bersejarah itu pun menjadi daya tarik pengunjung.
Air yang diambil dari gentong dipercaya sebagian masyarakat bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Oleh karena itu, para pengunjung biasanya membawa pulang air menggunakan botol air mineral.
Arif Cahyono, Sub Koordinator Pemasaran Pariwisata Disporapar Kendal mengatakan, Makan Sunan Abinawa merupakan salah destinasi wisata religi yang terus dipromosikan.
Tujuannya agar semakin banyak pengunjung, seperti halnya wisata religi kawasan Makam Jabal Kaliwungu.
“Acara Khaul Sunan Abinawa sudah menjadi tradisi yang selalu ramai dikunjungi ribuan peziarah dari berbagai daerah,” katanya.
Sunan Abinawa memiliki nama asli Sayid Abdul Khalim bin Abdul Rahman yang merupakan salah satu putra dari Sultan Hadiwijaya yang terkenal dengan nama Joko Tingkir, pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Pajang.
Joko Tingkir merupakan salah satu murid Sunan Kalijaga.
Masjid Sunan Abinawa memiliki empat pilar utama, yang sampai saat ini masih berdiri kokoh.
Keempat pilar tersebut sudah dilapisi kayu untuk menjaga keawetannya. Selain itu, ada mimbar khutbah yang terbuat dari kayu dengan bentuk yang khas.
Peninggalan Sunan Abinawa lainnya adalah bedug yang sampai sekarang masih terpajang.
Di Desa Pekuncen juga ada tradisi Kirab Budaya dan Sedekah Bumi yang baru pertama kali digelar pada Agustus 2024.
Kirab Budaya diawali dengan arak-arakan dimulai dari depan balai desa berjalan menuju Masjid Sunan Abinawa.
Kirab budaya ini mengarak Pusaka Desa berupa Mustaka Masjid Jami Sunan Abinawa.
Di belakangnya diikuti pengusung tumpeng, gunungan, drumband, odong-odong dokar dan lainnya.
Kepala Desa Pekuncen, Santoso mengatakan, Kirab Budaya ini pertama kalinya digelar yang selanjutnya akan dijadikan agenda rutin tiap tahun.
Tujuannya untuk melestarikan budaya, sekaligus mempromosikan wisata religi Makam Sunan Abinawa.
“Kami mengawali Kirab Budaya di Desa Pekuncen, untuk meneruskan tradisi dahulu, sekaligus mempromosikan wisata religi di Desa Pekuncen,” katanya.
Kepala Disporapar Kendal, Achmad Ircham Chalid mengaku sangat senang dengan acara ini. Pasalnya akan menarik kunjungan wisata di Kabupaten Kendal.
“Event kirab budaya ini menambah kalender agenda wisata religi di Kendal, harapannya bisa menarik kunjungan wisata di Kabupaten Kendal,” katanya.
Kirab budaya diakhiri dengan doa bersama di Masjid Sunan Abinawa.
Selanjutnya gunungan yang sudah diarak diperebutkan para warga dan pengunjung.
(ar/lb)