[ad_1]
SEWAKTU duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), Ayu Rahmawati bertekad untuk tergabung dalam salah satu organisasi Pagar Nusa (PN). Organisasi tersebut merupakan pencak silat di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU).
Gadis yang saat ini berdomisili di Jln. Kaliurang, Yogyakarta itu mulai tertarik dengan Pagar Nusa karena semasa SMA sedang gencar perdebatan dan perkelahian antar pencak silat. Sehingga ia memilih untuk memperdalam keilmuan bela diri.
“Tapi salah satu alasannya karena notabene keluarga memang NU, sehingga saya tertarik. Karena di PN tidak hanya diajari dalam hal bela diri, namun juga mengolah rohani,” kata Ayu.
Alasan lain, karena saat SMA, gadis usia 24 tahun itu memilih belajar dipondok yang jauh dari rumah. Sehingga mau tidak mau harus membentengi diri dengan kemampuan untuk menjaga diri.
“Pada waktu itu, saya pulang pergi ke Jombang sendirian. Bahkan berangkat mondok naik bus dari rumah selalu tengah malam, agar sampai pondok bisa pagi. Hal itu yang membuat saya tertarik untuk ikut pencak silat untuk membentengi diri saya ketika ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi,” tegasnya.
Mahasiswi Pascasarjana Jurusan Interdisciplinary Islamic Studies UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta juga menuturkan, sebagai wanita tidak boleh hanya mengandalkan kelembutannya sebagai kelemahan. Menurutnya wanita banyak sekali dipandang sebelah mata karena sosoknya yang lembut.
“Saat ini banyak wanita yang lembut tetapi lemah. Saya tidak mau itu terjadi. Saya memilih menggeluti PN adalah agar saya bisa menjaga diri sendiri, mengingat dunia luar yang begitu keras,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan saat ini banyak kasus pelecehan bagi perempuan. Sehingga tidak kurang-kurang ia semakin menyugesti diri, bahwa sosok perempuan harus berani melawan ketika diperlakukan secara tidak baik oleh laki-laki.
Selain itu, Pagar Nusa juga dinilai sedikit beda dengan pencak silat lain. Dikatakan tak hanya skill bertarung yang diandalkan. Namun pelatih juga sering mengenalkan pesilat dengan dunia mengolah rohani seperti mengaji.
“Sehingga dengan keilmuan yang saya dapat dari PN. Saya banyak mengajarkan kepada adik-adik di bawah saya mulai dari pelatihan memimpin tahlil, membaca Al Quran, mengaji kitab-kitab,” imbuhnya.
Ditanya soal prestasi di dunia pencak silat, dia mengaku belum pernah menjuarai ajang perlombaan, hanya sebatas menjadi peserta. Namun gadis mungil itu terus mengajarkan ilmu kepesantrenan kepada siswa-siswanya sampai saat ini. (cr5/lbi)
[ad_2]
Beranda