[ad_1]
PATI, liputanbangsa.com – Peralihan tanaman keras menjadi tanaman semusim di pegunungan Kendeng terus menjadi sorotan. Pasalnya, peralihan tersebut disinyalir menjadi faktor penyebab utama terjadinya banjir di Kabupaten Pati.
Sebelumnya, Penjabat (Pj) Bupati Pati Henggar Budi Anggoro menilai bahwa tanaman jagung bisa berdampingan dengan tanaman keras. Hal tersebut disampaikan saat menghadiri kegiatan penghijauan di wilayah KPH Tambakromo dan area perkebunan warga Dukuh Gower Desa Karangawen, Tambakromo, belum lama ini.
“Memang banyak orang menyebut bahwa tanaman jagung dapat menyebabkan banjir. Namun pada kesempatan kali ini, menjadi bukti bahwa tanaman jagung bisa berdampingan dengan tanaman keras,” kata Henggar.
Merespon pernyataan tersebut, anggota Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Nur Sukarno menegaskan bahwa tanaman semusim tak mampu menyerap air. Akibatnya, lahan di kawasan hulu rentan tersapu air.
“Banjir bandang di Pati akibat dari kerusakan hutan di daerah hulu. Kerusakan hutan ini di antaranya disebabkan oleh peralihan fungsi lahan menjadi tanaman jagung ataupun singkong. Sehingga tanaman tegakan tidak ada karena dimatikan oleh penggarap,” jelasnya, belum lama ini.
Sukarno menambahkan, tak hanya hilangnya pohon tegakan, rumput yang berfungsi menahan air hujan juga ikut lenyap. Sehingga volume air yang turun kebawah tak terkendalikan.
“Masalah yang juga seharusnya menjadi perhatian yakni soal rumput di kawasan hulu yang dimatikan dengan herbisida (obat pengendali gulma). Sehingga lahan tanah tersebut lebih mudah tergerus oleh air hujan. Setidaknya jika ada rerumputan pasti masih bisa menahan aliran air dan permukaan tanah,” ucapnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua Perkumpulan Warga Perduli Sosial, Hukum, dan Lingkungan Hidup (Wali-SHL) Sutrisno. Dia menyatakan pemerintah perlu penanaman pohon keras di pegunungan Kendeng.
Sebab berdasarkan pengamatannya, wilayah pegunungan Kendeng saat ini didominasi oleh tanaman semusim. Sebab itulah, pihaknya meminta pihak terkait gerak cepat memikir hal tersebut.
“Yang dulunya ada pohon keras, sekarang di ganti dengan tanaman jagung. Untuk itu mari kita selesaikan bersama dengan cara penanaman pohon keras yang juga menguntungkan seperti buah-buahan,” terangnya. (lut/lbi)
[ad_2]
Beranda