BANJARMASIN, liputanbangsa.com – Gunungan sampah berupa limbah sisa berjualan hingga barang-barang bekas menumpuk di kawasan pasar Antasari, Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel).
Sampah-sampah tersebut bahkan membuat sebagian akses jalan tertutup hingga para pedagang terpaksa harus berjualan berdempetan dengan limbah beraroma tak sedap.
Penampakan sampah yang menumpuk di salah satu sudut Pasar Antasari ini pun menuai sorotan dan viral usai dibagikan sejumlah akun di Instagram, salah satunya @kitabanjarmasin Senin (10/2/2025).
“Suasana pagi ini di salah satu sudut Pasar Antasari, tampak tumpukan sampah yang sudah menggunung dan menutup sebagian akses jalan,” terang unggahan tersebut.
Terlihat tumpukan sampah tersebut membentang di pinggiran jalan masuk pasar depan panjang diperkirakan mencapai 10 meter.
Tumpukan sampah tersebut menggunung dengan ketinggian mencapai tiga meter.
Lantaran sudah terlalu penuh, tumpukan sampah yang menggunung itu pun membludak dan menutupi sebagian jalan masuk.
Sampah yang dibuang pun terdiri dari berbagai macam benda mulai dari sisa-sisa sayuran, buah, hingga kayu serta rotan sisa kemasan menyimpan barang dagangan.
Beberapa pedagang pun terpaksa berjualan berdempetan dengan sampah-sampah yang menumpuk.
Kondisi ini tentunya cukup mengganggu dan mengurangi kenyamanan serta aktivitas jual beli yang berlangsung di Pasar Antasari.
Apalagi sampah yang sudah mulai membusuk mengeluarkan aroma tak sedap serta beragam bakteri yang dikhawatirkan bisa mencemari jualan para pedagang.
“Tentu keadaan ini mengganggu kegiatan para pedagang dan pembeli yang bertransaksi di pasar terbesar di Banjarmasin ini. Semoga permasalahan ini bisa segera teratasi ya. Kepada para ahli, silakan komentarnya,” tambah unggahan tersebut.
Tumpukan sampah yang terbengkalai di kawasan Pasar Antasari ini juga menjadi salah satu dampak dari ditutupnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Basirih di Kecamatan Banjarmasin Selatan.
Tidak hanya itu, dampak penutupan TPA itu juga mengakibatkan marak bermunculan TPS liar.
Bahkan tumpukan sampah di sejumlah TPS liar tersebut, hingga meluber ke jalan. Akibat sampah menutup sebagian badan jalan, membuat arus lalu lintas terganggu.
Sejak Pekan Lalu
Tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Pasar Sentra Antasari, Kota Banjarmasin, yang semakin menggunung itu sudah terlihat sejak pekan lalu.
Dari pantauan pada Sabtu (8/2/2025). Sampah yang menumpuk sudah mencapai area lapak pedagang yang masih tutup.
Kondisi ini diduga akibat terbatasnya pengangkutan sampah, yang sebelumnya bisa dilakukan dua kali dalam sehari, kini hanya sekali sehari.
Penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Basirih beberapa waktu lalu semakin memperparah keadaan, lantaran sampah kini harus dibuang ke TPA di Banjarbaru.
Petugas Surung Sintak, Ahmad Saleh, mengakui bahwa keterbatasan pengangkutan menjadi penyebab sampah tak bisa diangkut sepenuhnya.
“Sampah ini diangkut ke TPA Banjarbaru, tapi pengangkutannya cuma sekali dalam sehari. Kalau sebelumnya bisa dua kali,” ungkap Saleh saat ditemui oleh jurnalis di lokasi.
Dengan jumlah sampah yang terus bertambah setiap hari, kapasitas truk pengangkut tak cukup untuk membersihkan seluruh tumpukan yang ada.
Sejumlah pedagang yang berjualan di sekitar TPS mengeluhkan kondisi ini, salah satunya Haris, seorang pedagang sayur.
Lapaknya berada persis di samping tumpukan sampah yang semakin membesar.
“Petugas bilang mau mengangkut semua sampahnya, jadi lapak saya sementara dialihkan dulu. Tapi saya tanyakan apakah bisa selesai sore ini, mereka tak bisa memastikan,” keluh Haris.
Ia khawatir jika pengangkutan sampah berlangsung hingga malam, ia tak bisa berdagang seperti biasa.
“Saya jualan dari sore sampai subuh. Kalau pengangkutannya lama, saya rugi banyak,” ujarnya.
Tak jarang, Haris terpaksa membersihkan sendiri sampah yang semakin meluber ke lapaknya.
“Kalau sudah terlalu banyak, saya serok sendiri, saya pindahkan ke tempat lain,” katanya.
Haris menegaskan tak akan menutup lapaknya jika petugas tak bisa memberikan kepastian kapan sampah akan benar-benar bersih.
“Kalau sehari saja saya libur, kerugian bisa banyak,” tegasnya.
Penumpukan sampah ini menimbulkan bau tak sedap dan mengganggu aktivitas pedagang, kondisi ini juga berpotensi mengundang penyakit serta menurunkan kenyamanan para pembeli.
Marak TPS Liar
Pasca ditutupnya Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Basirih Banjarmasin, terjadi penumpukan sampah di sejumlah Tempat Penampungan Sementara (TPS).
Tidak hanya itu, dampak penutupan TPA itu juga mengakibatkan marak bermunculan TPS liar.
Bahkan tumpukan sampah di sejumlah TPS liar tersebut, hingga meluber ke jalan. Akibat sampah menutup sebagian badan jalan, membuat arus lalu lintas terganggu.
Seperti halnya TPS Liar di Jalan Gubernur Soebardjo, sekitar Jembatan Basirih arah menuju luar Kota Banjarmasin, Minggu (9/2/2025).
Bahkan tumpukan sampah di TPS liar tersebut sampai menimbulkan korban jiwa. Seorang penendara tewas, dalam insiden Kecelakaan Lalu Lintas (Laka Lantas), Kamis (6/2/2025) lalu.
Dikonfirmasi jurnalis Banjarmasin Post, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banjarmasin, Alive Yoesfah Love, tidak menampik hal tersebut.
Menurut Alive untuk sementara waktu pihaknya tidak mungkin mampu, mengurangi TPS liar tersebut.
“Itu pasti, karena pembuangan tidak ada lagi. Sehingga tidak mungkin mengurangi, bahkan malah menambah TPS liar,” katanya.
Meski demikian Alive tetap berkomitmen, akan membereskan permasalahan sampah di Banjarmasin.
Dimulai dari membereskan masalah sampah dari hulu, yakni menyediakan 69 tempat pilahan sampah di setiap kelurahan.
Untuk itu Alive mengibau kepada masyarakat turut berperan aktif, dalam menanggulangi persoalan sampah di Banjarmasin.
Dengan cara melalukan pemilahan sampah secara mandiri dari rumah.
“Jadi pilih lah sampah dari rumah, karena itu memang sudah kewajiban kita dan jangan membuang sampah ke tempat orang lain. Mari kelola sampah dari rumah masing-masing,” ucapnya.
(ar/lb)