KENDAL, liputanbangsa.com – Berkat usaha tusuk sate, Muhammad Eko Ardianto berhasil meraih juara 1 Kompetisi Wirausaha Muda Kabupaten Kendal Tahun 2024.
Berkat tusuk sate, Eko mampu mengalahkan 50 peserta se Kabupaten Kendal.
Kompetisi Wirausaha Muda Kabupaten Kendal ini diadakan oleh Dinas Kesehatan Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kendal.
Dari 50 peserta setelah melalui serangkaian seleksi oleh pihak Disporapar bersama tiga orang juri akhirnya terpilih tujuh peserta terbaik.
Berdasarkan hasil fact finding, peserta yang mendapatkan juara yaitu, juara :
- M. Eko Ardianto – Tusuk Sate
- M. Afif Hidayatullah – Kreativaja
- Suryo Seno Bimantoro – Sabarukun
- Rosselly Rizkiyanti – Eat Me
- Arka Aquilla Karunia – Rimbaz Outdoor
- M. Fathurrizqi – Peternakan
- Nabila Ramadhani – Kedai Lala.
Peserta Kompetisi Wirausaha Usaha Muda ini adalah anak-anak muda dengan usia maksimal 28 tahun.
Peserta juga harus memiliki usaha yang benar-benar sudah dijalankan.
Eko yang baru dua bulan menekuni usaha produksi tusuk sate, tidak menyangka bisa meraih juara pertama.
Pasalnya, usaha tusuk sate kelihatannya sepele, apalagi di era modern sekarang ini.
“Saya tidak menyangka, ternyata tusuk sate bisa meraih juara pertama,” ujarnya.
Eko pun berharap kepada teman-temannya agar terus berusaha dan belajar agar bisa meraih apa yang diharapkan. Pesannya, jangan menyerah, dan harus lebih semangat.
“Terus semangat, semoga tahun depan kalian bisa meraih juara,” ujarnya.
Eko memproduksi tusuk sate di rumah di Desa Sudipayung Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal Jawa Tengah.
Bahan baku untuk membuat tusuk sate adalah bambu peting yang banyak dijumpai di wilayah Kendal.
Eko menekuni usaha membuat tusuk sate, karena ingin mengenalkan produk tusuk sate, yang kelihatannya sepele.
Padahal, tusuk sate itu beraneka macam, mulai dari tusuk sate untuk pasaran kelas menengah ke bawah sampai tusuk sate kelas premium.
“Tusuk sate untuk kelas menengah ke bawah biasanya untuk pedagang kaki lima,” katanya.
Membuat tusuk sate pada umumnya dilakukan secara manual. Namun Eko memproduksi tusuk sate, 90 persen menggunakan mesin.
Selain itu juga menggunakan sistem open selama 8 jam dengan suhu 90 derajat. Tujuannya untuk menghilangkan kadar air dan memusnahkan jamur.
“Tusuk sate itu untuk makanan, jadi harus higienis,” tandasnya.
Tusuk sate yang dibuat memiliki ukuran dan diameter yang berbeda-beda.
Tidak hanya tusuk sate untuk sate kambing atau sate sapi, ada juga tusuk sate untuk telur gulung, cilok sempol, dan sebagai.
“Saya juga membuat tusuk tergantung permintaan,” ujarnya.
Sementara ini, fokus produksi tusuk satenya untuk dijual ke pengepul utama. Eko pun tidak memikirkan pesaing, karena setiap usah pasti ada pesaingnya.
Apalagi, tusuk sate ini banyak permintaan, sehingga pemutarannya sangat cepat.
“Tusuk sate kan sekali pakai, jadi banyak permintaan, selain memenuhi permintaan pengepul, bisa juga dijual langsung ke kalangan menengah ke bawah sangat cepat, seperti ke penjual cilok, dadar gulung.
Menurutnya, banyak yang didapat dari kegiatan Kompetisi Wirausaha Muda ini. Selain bisa belajar kepada teman-teman pengusaha yang lain, juga banyak mendapat wawasan, pengetahuan dan pengalaman.
“Juga pembekalan dari mentor, juri dan Kepala Dinas tentang gagasan, ide baru, mulai aksi menjalankan usaha sampai menjadi juara,” katanya.
Kepala Disporapar Kendal, Achmad Ircham Chalid mengatakan, pihaknya masih akan melakukan bimbingan kepada para peserta.
Harapannya agar usahanya semakin berkembang.
“Bimbingan akan terus dilakukan selama dua tahun,” katanya.
Kehadiran Imam Gunawan, Analisis Kebijakan Ahli Utama pada Deputi Pengembangan Pemuda Kemenpora RI tentunya akan memberikan pencerahan dan bekal untuk pengembangan pelaku kewirausahaan muda di Kabupaten Kendal. (*)