liputanbangsa.com – Termasuk ke dalam fimili retroviridae, penyakit dengan kepanjangan human immunodeficiency virus atau HIV dikenal oleh banyak orang sebagai salah satu jenis penyakit yang ‘menakutkan’ karena menular.
Sebagai awalan dari terjadinya acquired immune-deficiency syndrome atau AIDS, dilansir dari Ayo Sehat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), HIV merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang umumnya menyerang daya tahan tubuh manusia.
Ketika virus HIV ini menyerang sistem kekebalan tubuh, maka akan terjadi kelemahan pada kemampuan tubuh manusia untuk melawan infeksi dan penyakit yang datang. Oleh sebab itu, penderita penyakit ini cenderung mudah sakit-sakitan.
Sementara untuk ciri-cirinya apabila orang terinfeksi penyakit HIV, masih dilansir dari Kemenkes RI disebutkan ada tiga tahapan, yakni:
1. Tahap serokonversi
Pada tahap pertama, seseorang biasanya akan merasakan gejala seperti flu atau infeksi ringan, mulai dari demam, sakit tenggorokan, ruam, cepat lelah, pembengkakan kelenjar limfe, hingga nyeri pada otot dan persendian.
Adapun rentang waktu gejala muncul dan dirasakan, yakni sekitar beberapa minggu pasca terinfeksi virus HIV dan akan berlangsung selama beberapa minggu ke depan.
2. Tahap asimptomatik atau klinis laten
Pada tahap kedua disebut sebagai fase asimptomatik atau klinis laten. Pada tahap ini, seseorang yang terinfeksi virus HIV bisa jadi tidak mengalami gejala apapun, tetapi kerusakan pada daya tahan tubuh tetap terjadi.
Berbeda dengan tahap serkonversi yang berlangsung beberapa minggu, pada tahapan ini dampak dari adanya virus HIV dalam tubuh bisa terjadi selama bertahun-tahun.
3. Tahap HIV berkembang menjadi AIDS
Pada tahap ketiga ini bisa saja terjadi keparahan, yakni sistem kekebalan tubuh berada pada kondisi yang sangat lemah dan gejala yang lebih serius mulai terlihat, seperti demam berlarut-larut, berkeringat saat malam hari, berat badan turun, kelelahan kronis, diare berkepanjangan, infeksi jamur di beberapa bagian tubuh, muncul bintik-bintik ungu atau luka pada kulit, dan gangguan neurologis.
Penyebab terjadinya penyakit ini pun beragam, salah satunya dengan cara penularan, antara lain seperti:
- Hubungan seksual tanpa pelindung dengan orang yang terinfeksi virus HIV
- Penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi
- Dari ibu ke anak selama masa kehamilan, melahirkan, dan melalui pemberian ASI
- Transfusi darah yang terkontaminasi.
Maka dari itu, penting untuk melakukan pencegahan penularan virus HIV mengingat hingga kini belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini.
Berikut beberapa langkah yang bisa diterapkan untuk pencegahan, yakni:
- Praktik seks aman
- Hindari penggunaan jarum dan alat suntik bersamaan
- Tes dan konseling risiko penyakit HIV secara rutin
- Edukasi tentang penyakit HIV demi menciptakan kesadaran bersama
- Penggunaan profilaksis pra-paparan (PrEp) sebagai opsi bagi orang yang berisiko tinggi terpapar virus HIV
- Pengobatan khusus bagi ibu hamil yang terinfeksi HIV
- Penggunaan alat dan perlengkapan medis yang steril.
Â
(ar/lb)