Liputanbangsa.com– Kisah Mu’awiyah bin Yazid bermula saat sepeninggalan ayahnya. Sejak ayahnya meninggal, Mu’awiyah bin Yazid memiliki kisah yang cukup rumit. Sebab, ia akan mengemban tugas sebagai seorang khalifah menggantikan tugas ayahnya.
Lain halnya dengan sang ayah, Mu’awiyah bin Yazid Merupakan orang yang selalu mengutamakan ibadah daripada urusan keduniaan. Hari-hari yang ia jalani penuh dengan ibadah dan ketaatan.
Adapun jabatan sebagai khalifah bukan merupakan keinginannya sendiri. Akan tetapi, jabatan khalifah tersebut merupakan warisan dari sang ayah yang telah meninggal.
liputanbangsa.com: Kisah Anas bin Nadhr, Menjemput Surga di Perang Uhud
Kisah Mu’awiyah bin Yazid Sepeninggalan Ayahnya
Mu’awiyah bin Yazid juga sering mendapat julukan sebagai Mu’awiyah II. Saat itu orang-orang mengharapkan agar Mu’awiyah mau menggantikan kedudukan ayahnya dalam kursi khalifah sesudah Yazid meninggal dunia.
Akan tetapi, ia menolak kedudukan yang ayahnya wariskan kepadanya. Pada akhirnya, ia dibaiat menjadi khalifah pada tanggal 14 Rabiul Awwal, 64 Hijriah.
Mu’awiyah bin Yazid merupakan seorang ahli agama dan bukan seorang negarawan. Ia merasa tidak pantas menjadi seorang khalifah.
Kisah Mu’awiyah bin Yazid sesudah ayahnya meninggal yaitu ia terus merasa tak sanggup dalam menghadapi berbagai macam urusan pemerintahan serta kenegaraan.
Terlebih lagi sesudah ayahnya, Yazid bin Mu’awiyah meninggal dunia. Kondisi bumi Syria terus menerus kemelut. Selain itu, juga adanya pengaruh dari Abdullah bin Zubair yang semakin luas ke tanah Hijaz.
Ditinggal Ayahnya Saat Umur 20 tahun
Pada saat Yazid, sang ayah meninggal dunia, Mu’awiyah II usianya baru sekitar 20 tahun. Mu’awiyah merasakan trauma yang begitu mendalam. Kekacauan saat masa kekhalifahan ayahnya, membuatnya tidak berani menjabat sebagai khalifah.
Penolakannya ini membuat Dinasti Umayyah menjadi ramai dan gaduh. Para kerabat dan keturunan Umayyah juga menyesali atas keputusan yang Mu’awiyah sampaikan.
Mu’awiyah bin Yazid adalah seorang ahli agama yang penuh ketaatan. Ia sendiri merasa tidak layak untuk duduk dalam kursi jabatan sebagai seorang khalifah.
Ia juga merasa tidak mampu menjalankan tugas dalam hal pemerintahan dan kenegaraan. Apalagi sepeninggal ayahnya, bumi Syria terus dilanda kemelut dan banyak permasalahan yang terjadi.
liputanbangsa.com: Kisah Salamah bin Akwa, Kesatria Pemanah yang Pemberani
Alasan Penolakan sebagai Khalifah
Sebenarnya Mu’awiyah II dalam khutbahnya sudah menyampaikan jika dirinya menginginkan supaya ia menyerahkan kedudukan kekhalifahan ini sesuai dengan peraturan atau ketentuan Islam. Antara lain dengan menerapkan syura seperti yang Umar bin Khattab tetapkan.
Mu’awiyah II merasa jika ia sangatlah berbeda jauh dari Umar bin Khattab. Sampai pada akhirnya, ia pun meninggalkan kursi kekhalifahannya begitu saja kepada umat Islam.
Dia mengharapkan agar umat Islam sendiri yang memutuskan tentang siapa yang nantinya akan menggantikan kedudukannya menjadi seorang khalifah.
Adapun khutbah yang Mu’awiyah II serukan tersebut menjadi bukti jika dirinya merasa tidak setuju dengan perubahan sistem pemilihan khalifah lewat cara pewarisan tahta atau dinasti.
Tidak setujunya Muawiyah terhadap perubahan sistem pemilihan khalifah dengan pewarisan tahta tersebut juga bisa kita lihat dari penolakan untuk membaiat salah satu anggota keluarganya sebagai khalifah setelah dirinya.
Mengasingkan Diri untuk Beribadah hingga Meninggal Dunia
Sejak penolakan tersebut, Mu’awiyah bin Yazid pada akhirnya memilih untuk menyerahkan segala hidupnya hanya untuk menunaikan ibadah. Ia juga memilih untuk mengasingkan diri dari orang lain.
Dalam kisah Mu’awiyah bin Yazid juga menjelaskan jika dirinya tidak pernah sempat mengimami sholat umat Islam ke masjid. Sedangkan orang yang menggantikannya menjadi imam Masjid saat itu yaitu Adh-Dhahhak bin Qais.
Tak hanya menggantikan sebagai imam shalat saja, ia juga yang mewakili Mu’awiyah II dalam berbagai macam urusan keumatan.
Keadaan seperti ini berlanjut sampai Mu’awiyah II menemui ajalnya. Mu’awiyah meninggal dunia pada saat usianya yang masih muda, yaitu 23 tahun.
liputanbangsa.com: Kisah Abu Ubaidah bin Jarrah, Sahabat Nabi yang Paling Dipercaya!
Penyebab Kematian Muawiyah bin Yazid
Kematian Mu’awiyah II mengejutkan umat Islam saat itu. Sebab, kematiannya seperti tidak wajar.
Banyak yang menduga jika meninggalnya Mu’awiyah karena pembunuhan. Ada yang mengatakan jika Mu’awiyah meninggal dengan adanya luka tusukan yang cukup serius.
Dengan wafatnya Mu’awiyah II, maka terputus sudah tradisi pewarisan kepemimpinan trah Abu Sufyan bin Harb yang ada dalam kalangan keluarga Umayyah.
Kisah Mu’awiyah bin Yazid yang menolak kedudukan khalifah ini penyebabnya tak lain karena ia telah melihat kerusuhan saat ayahnya yang menjabat sebagai khalifah saat itu. (R10/HR-Online)